Rabu, 13 Desember 2017

Filipina Tuntut Rp 800 Miliar dari Produsen Vaksin Demam Berdarah

Vaksin demam berdarah Dengvaxia yang dihentikan penggunaannya oleh pemerintah Filipina.

PT BESTPROFIT FUTURES MEDAN

BESTPROFIT - Pemerintah Filipuna meminta pengembalian dana sebesar 59 juta dolar Amerika Serikat atau Rp 800 miliar, dari perusahaan obat pembuat vaksin demam berdarah asal Perancis, Sanofi.

Dilansir dari Channel News Asia, Menteri Kesehatan Filipina, Francisco Duque mengatakan, Sanofi harus membayar dana ganti rugi untuk menutup biaya rawat inap dan perawatan medis semua anak yang menderita demam berdarah akut, akibat efek vaksin demam berdarah Dengvaxia.

"Kami meminta pengembalian dana sebesar 3 miliar peso (Rp 800 miliar) untuk Dengvaxia," katanya.

Pekan lalu, pemerintah Filipina menangguhkan program imunisasi nasional, setelah Sanofi menemukan risiko penggunaan vaksin Dengvaxia yang akan menyebabkan demam berdarah parah, bagi orang yang sebelumnya tidak pernah menderita penyakit tersebut. BEST PROFIT

Pemerintah Filipina telah menghentikan penjualan vaksin Dengvaxia, dan memerintahkan penyelidikan.

Duque mengatakan, jumlah anak-anak berusia 9 tahun ke atas yang telah diimunisasi dengan Dengvaxia mencapai 830.000 orang, lebih tinggi dari estimasi sebelumnya sebanyak 734.000 orang.

Program vaksinasi demam berdarah di Filipina telah diluncurkan pada 2016, dengan biaya sebesar 3,5 miliar peso atau Rp 938 miliar. Duque menyatakan, pemerintah telah membayar 3 miliar peso atau Rp 800 miliar ke Sanofi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar