Jumat, 10 Februari 2017

Pertumbuhan Industri Melambat Jadi 4,4 Persen di 2016

Bestprofit Futures Medan

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian mencatat, sepanjang tahun lalu, pertumbuhan industri hanya sebesar 4,4 persen. Angka tersebut juga lebih rendah dari pertumbuhan industri pada tahun 2015 sebesar 5,05 persen.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku, kondisi ini disebabkan turunnya harga sejumlah komoditas sepanjang tahun lalu.

“Harga komoditas turun, terendah pada tahun lalu. Kan turun, jadi itu dari segi volume tercapai tapi harga nggak bisa sehingga posisinya turun,” kata Airlangga, Kamis (9/2).

Dengan penurunan harga komoditas, maka sektor pertambangan dinilai Airlangga ikut turun sehingga sektor pendukung dari tambang ikut menurun. Misalnya saja, sektor alat berat.

“Industri alat berat drop tahun lalu, utilisasi hanya 30 persen,” imbuhnya.

Untuk tahun ini, ia menargetkan adanya pertumbuhan industri sebesar 5,5 persen. Pihaknya akan berupaya mendorong beberapa sektor yang berhasil tumbuh diatas pertumbuhan ekonomi untuk menjadi penopang pertumbuhan industri secara umum.


“Sektor-sektor tersebut yang akan didorong, yang kontribusi terhadap pertumbuhan ekonominya besar atau industri yang memiliki daya saing yang kuat,” papar Airlangga.

Bestprofit Futures Medan

Namun di sisi lain, pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman menjadi sektor tertinggi yang kenaikannya diatas pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2016. 

Pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman tercatat hingga 8,46 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 hanya 5,02 persen.

Ia tak menampik jika naiknya sektor industri makanan dan minuman disebabkan tingginya investasi sektor tersebut pada 2016. 

Total nilai investasi sektor tersebut bahkan mencapai Rp61 triliun. Angka tersebut naik 41,86 persen jika dibandingkan dengan 2015 sebesar Rp43 triliun.

Sementara itu, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki tumbuh 8,15 persen, industri kimia, farmasi dan obat tradisional naik 5,48 persen, industri barang galian bukan logam tumbuh 5,46 persen, dan industri mesin dan perlengkapan naik 5,05 persen.

Sayangnya, pertumbuhan beberapa sektor industri ini tak mampu membuat pertumbuhan industri secara umum menyalip pertumbuhan ekonomi. 

Proyek-proyek Pendorong Investasi

Tak hanya itu, Kementerian Perindustrian juga akan mendorong realisasi investasi dari investor yang ada. Hal ini juga akan berimbas positif pada pertumbuhan ekonomi karena dengan banyak investasi yang terealisasi, maka secara otomatis pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat.

“Proyek di Morowali itu menghasilkan sekitar US$900 juta, jika kondisinya kondusif mereka bisa tingkatkan menjadi US$2 miliar. Kemudian ada juga ekspor otomotif Mitsubishi, pabrik baru diharapkan pertengahan tahun ini dapat produksi,” kata Airlangga.

Lebih lanjut ia menjelaskan, hingga 2020 telah ada 89 perusahaan dengan total 89 proyek yang berkomitmen untuk investasi di Indonesia. Nilai investasi untuk 89 perusahaan ini sebesar Rp527,5 triliun.

Airlangga merinci, 22 perusahaan termasuk dalam perkembangan hilirisasi industri pengolahan logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ILMATE) dengan nilai investasi sebesar Rp267,4 triliun. 

Sementara, industri agro sebanyak 27 perusahaan dengan total investasi Rp108,1 triliun, dan industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA) berjumlah 40 perusahaan dengan investasi Rp152 triliun.

“Kami akan mengejar perusahaan per perusahaan untuk merealisasikan investasinya,” tuturnya. Bestprofit Futures Medan

Sumber oleh : cnnindonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar