Selasa, 14 Maret 2017

Nilai Ujian Jelek? Video Game Disebut Bisa Bantu Refleksi Diri

PT Bestprofit Futures Medan

Jakarta, Bermain video game sering disebut memiliki hubungan yang negatif untuk performa akademik. Hal itu karena bila seseorang sering menghabiskan waktu bermain maka ia akan memiliki lebih sedikit kesempatan belajar.

Argumen tersebut memang ada benarnya, namun peneliti dari Texas Tech University dalam studi terbaru menambahkan juga bukti bahwa video game dapat berdampak positif. Menurut pemimpin studi John Velez kuncinya adalah bagaimana seseorang dapat mengambil kesuksesannya dalam permainan sebagai pendorong untuk berusaha lebih baik lagi.

"Apa yang saya studi adalah bagaimana orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai gamer dan jago dalam permainan dapat menggunakan video game untuk menghadapi hasil tes yang buruk dan menerima bahwa 'Ok hasil tes saya jelek, ke depannya bisa lebih baik lagi,'" kata Velez seperti dikutip dari Science Daily, Selasa (14/3/2017).

Menurut Velez ada dua tipe orang yang bermain video game, individu yang bermain untuk melupakan masalahnya, menghabiskan waktu dan invidu yang bermain untuk mencapai suatu target. Dalam video game umum ada target tertentu yang harus dicapai sebagai indikator keberhasilan pemain.

Velez melakukan tes dengan mengumpulkan responden dan membagi mereka ke dalam dua kelompok gamer tersebut lewat survei. Setelah itu para responden diminta untuk ikut sebuah tes kepintaran yang hasilnya disampaikan bahwa mereka mendapat nilai jelek atau tidak diberitahu sama sekali.

Selama 15 menit para responden lalu diminta untuk bermain video game. Kemampuan responden dalam bermain dinilai dan diberitahukan sebagai bentuk feedback positif atau tidak sama sekali.

Terakhir para responden kembali diminta untuk mengikuti tes kepintaran.

Hasilnya diketahui responden yang bermain video game dengan sikap ingin mengejar target lebih menerima hasil buruk mereka dalam tes kepintaran. Sementara itu responden yang bermain video game untuk melupakan masalah, menghabiskan waktu lebih cenderung bersikap defensif tidak menerima bahwa ada yang salah atau berusaha berpikir lebih baik.

"Ini seperti pedang bermata dua dan saya tidak menyangka akan menemukan hal ini," kata Velez.


"Kalau kita pikirkan secara teori, sebenarnya masih masuk akal juga. Setelah menerima informasi negatif tentang diri sendiri, kita pasti akan berusaha mengubahnya untuk merasa lebih baik dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada di sekitar kita," pungkas Velez. PT Bestprofit Futures Medan

Sumber oleh : health.detik

Bestprofit Futures Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar